Aerta oh Aerta

Sabtu sore. 

Tubuhku masih terasa lelah. Pusingku belum juga hilang. Suhu tubuhku sempat melonjak naik. Erangan menahan rasa penat pada bagian pinggang ke bawah membuat tuan putri ketakutan. Dia pikir ibunya tengah kerasukan. :D. 

Sakit. Kupikir tak ada kabar yang akan membuatku cepat kembali sehat. Tidur-tiduran sembari nonton TV mungkin bisa membuat tubuhku relaks. Kakakku bertanya kepadaku kenapa aku kerap jatuh sakit. Kenapa ya? Mungkin ada beberapa hal yang kukira menjadi penyebab turunnya kekebalan tubuhku. 

Pertama panas, ya hujan hanya sesekali saja di daerahku selebihnya mentari tampak kian buas. 
Kedua debu, saat ini pulogebang diselimuti debu yang menyesakkan. Komplek tua kami tengah berbenah. Jalanan berlubang diganti rupa dengan timbunan-timbunan semen dengan ketebalan nyaris satu meter. :) . Otomatis tantangan menerobas jalanan kian bertambah. Carut marutnya lalu lintas plus pekatnya debu kian klop dengan mentari yang menyorot tajam. Bisa jadi tubuhku tak kuat menahan ketiganya menggempurku secara bersamaan. Hehe.. 
Ketiga asupan, penyebab yang paling dicurigai ya ini. Mantan pacarku kerap marah bila bersenggolan dengan makanan. Katanya, "Kamu tak perlu diet, seperti apa pun bentuk tubuhmu aku tetap sayang. Lihat gara-gara kamu malas makan jadi sakitkan, Aku gak mau kamu sakit." Senang dech kalau dia marah karena perhatian. :)

Kabar yang Tak di Duga

Sabtu kemarin kondisi tubuhku belum terlampau sehat. Menonton TV sembari rebahan tidak membuat tubuhku santai. Pusing sesekali masih terasa. Kembali tidur mungkin bisa menghilangkan segala rasa tak enak ini. Tekadku sudah bulat, aku akan kembali memejamkan mataku. Namun, sebelum beranjak dari luar rumah mungil kami terdengar teriakan seseorang.

"Air.. Air..."
source pic : credit
Loh? Kenapa air sudah kembali lagi ke rumah ini. Beberapa hari lalu aku sudah menerima petugas dari Aerta. Pasti ada yang tidak beres. Langkah kakiku sedikit tergesa. Kubuka pintu rumah kami. Suaraku lebih dulu menyambut kedatangan petugas aerta.

"Mas, kemarenkan sudah ada yang ke sini."
"Iya bu, kalo yang ini pemberitahuan tentang penunggakan bulan kemarin. Cuma satu bulan kok bu."
"Hah? Apa? Nunggak? Waduh, terakhir saya bayar dua bulan loh mas. Lagian kenapa sich pos pembayaran didekat sini dihilangkan."
"Iya bu, petinggi-petingginya yang punya ide bu. Kerjasam sama toko bermaskot binatang lucu itu loh bu. Ibu komplain aja ke ujung menteng."
"Kejauhan mas. Terakhir saya bayar lewat toko itu. Tapi kasirnya gak paham kalo saya tanya-tanya. Nah, masalahnya disitu. Silakan kalo mau melaukan kerja sama, tapi bekali juga kasir-kasir penjaga toko itu dengan pengetahuan yang cukup."
"Iya bu, biar enak ke ujun menteng aja bayarnya bu."
"Jauh mas."
"Ya udah, ke toko itu aja bu. hehe.. "

Mendadak Lincah

Mendadak tubuhku dapat bergerak dengan lincah. Sedikit berlari kuhampiri suami di kamarnya. Lalu penuh gairah kubercerita tentang ketidakberesan pelayanan yang kudapat. Kumengeluh kepadanya kenapa juga pos pembayaran musti dihilangkan. Padahal di situ minimal satu petugas penjaga selalu siap menerima dengan ramah. Tak jarang satu orang satpam menemaninya. Kini petugas-petugas itu dialihkan ke mana? 

Ceritaku yang berapi-api memantik hasrat suami mengajukan komplain melalui via telepon. Operator menjelaskan, suamiku menyangkal dengan bukti yang dipegangnya. Operator menjawab, suamiku tak berhenti melempar tanya. Tak mendapat titik temu, suamiku pun dialihkan ke petugas lain. Hingga di sini suamiku kian kecewa terhadap pelayanan yang diberikan aerta. Komplain dihentikan tanpa memperoleh lepuasan. Berbalik aku yang dicecar dengan beberapa pertanyaan oleh suamiku. Haduhhh.. 

"Rekening air bulan agustus mana bu?"
"Gak ada pak."
"Terakhir pembayaran itu untuk bulan agustus dan september bu. Kalau berdasarkan perhitungan ya sesuai. Kalau masih mau komplain rekening air bulan agustus itu cari dulu."

Keringat dingin bercucuran. Karena penasaran tanganku pun membongkar isi tas kebanggaan. Alhamdulillah dua struk pembayaran di toko itu kutemukan. Segera kutunjukan kepada suamiku.

"Wah bu, kalo ini mah jelas ibu telat bayar. Terakhir pembayaran 2 oktober. Jadi belum masuk ke oktobernya. Kalau mau dirapel dengan bulan oktober ya bayarnya di atas tanggal 20 oktober bu."
"Gitu ya pak. Habis ibu sebal, bertanya selalu tidak mendapat kepuasan. Beda jika bayar di pos pembayaran. Ya sudah, komplainnya dibatalkan. Tolong bayarin tunggakan airnya donk pak. Hehe.."
"Iya."
source pic : credit pos pembayaran rekening air pulogebang yang sudah tidak berfungsi lagi
Aerta oh Aerta ini ada sedikit keluhan

Mungkin bagi Aerta kerja samanya dengan toko bermaskot binatang lucu itu sebuah langkah maju. Memudahkan mereka dalam mengatur proses pembayaran. Bila biasanya pembayaran rekening air bisa dilakukan dibeberapa titik, kini kian dipermudah dengan keberadaan toko-toko tersebut hanpir tiap jengkal. Selain bisa melalui ATM tentunya. 

Kerja sama baru ini diharapkan memiliki nilai positip tidak hanya bagi aerta saja. Tetapi juga berimbas ke pelanggan-pelanggan udik sepertiku ini. Hanya tolonglah Aerta, suruhlah bekali kasir-kasir itu dengan pengetahuan yang cukup. Jadi bila kami bertanya ada jawaban pasti yang kami terima. Dan tak ada lagi ungkapan "aerta oh aerta" sebagai keluhan tetapi berganti kekaguman karena kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada para pelanggan.   

Tabik!!




Wikipedia

Search results

Powered by Blogger.